Majelis Rindu: Dzikro Maulidur Rosul dan Haul Masyayikh Ponpes Arridwan Almaliky

Rindu memang tak perlu bertemu. Kadang hanya butuh dituntaskan saja. Dan Dzikro Maulidur Rosul, adalah wasilah menuntaskan rindu pada Kanjeng Nabi Muhammad Saw. 

Langit Kota Bojonegoro cerah. Udara sejuk menghempas dari berbagai arah. Matahari tak menyengat terlalu panas. Tapi mendung juga tak menurunkan hujan deras. Suasana tersaji di Ponpes Arridwan Almaliky pada (13/11), adalah wujud kerinduan pada Kanjeng Nabi Saw.

Peringatan maulid Nabi Muhammad Saw. beserta Haul Pendiri dan para Masyayikh Ponpes Arridwan Almaliky, terlaksana syahdu nan meriah. Selain alumni, santri, dan para wali santri, banyak pula tokoh ulama hadir dalam majelis tersebut.

Acara maulid disertai peringatan haul Abuya Sayyid Alawi Al Maliky, Abuya Sayyid Abbas Almaliky, Abuya Sayyid Muhammad Almaliky, Abina H. Khusairi Ridwan, KH Nashruddin Qodir, beserta segenap masyayikh Ponpes Arridwan.

Acara dihadiri sejumlah tokoh ulama. Diantaranya KH Abdul Matin Jawahir (Tuban), Abina KH Makmun Fattah (Lamongan), Habib Muhammad al Jufri (Bojonegoro), KH Abdul Aziz (Bojonegoro), KH Muhammad Nasir (Bojonegoro), KH Hasan Nur (Bojonegoro), dan KH Abdul Halim (Cepu).

Dalam sambutannya, Pengasuh Ponpes Arridwan Almaliky, KH Tsalis Duha Ridwan menyampaikan bahwa acara maulid yang diselenggarakan Ponpes Arridwan Almaliky merupakan tradisi tahunan yang telah lama diselenggarakan. Bahkan, sebelum Ponpes berdiri, acara maulid sudah diadakan oleh Abina H. Khusairi.

“Acara maulid sampun dilaksanakan hampir 10 kali. Sebelum ada pondok, maulid sudah sering diadakan.” Ucap KH Tsalis.

Beliau menjelaskan, selain memperingati maulid Nabi Saw., juga untuk peringatan haul guru dari KH Tsalis Duha Ridlwan, yakni Abuya Sayyid Abbas Almaliky, sekaligus haul pendiri Ponpes Arridwan Almaliky, yakni Abina H. Khusairi Ridwan.

Acara yang berlangsung sejak pukul 13.00 tersebut, dibuka dengan pembacaan Al Quran dari KH Muhammad Nashir, lalu dilanjut pembacaan Yasin dan Tahlil oleh KH Abdul Aziz. Sementara acara inti, adalah mauidhoh hasanah dari KH Abdul Matin Jawahir dari Bejagung, Tuban.

Dalam mauidhohnya, KH Abdul Matin mendedar tentang pentingnya sanad keilmuan. Sanad atau urutan turunnya konsep keilmuan, menjadi perkara penting bagi para santri Ahlussunnah wal Jamaah An Nahdliyah (Aswaja An- Nahdliyah). Sebab, pertanggung jawabannya sampai Kanjeng Nabi Muhammad Saw.

Sebaliknya, sehebat apapun ilmu, jika sanadnya hanya sampai pada google, tentu rawan dan berbahaya. Sebab, backing pertanggung jawabannya tidak jelas. Karena itu, beliau mengimbau pada semua santri agar memperhitungkan sanad keilmuan, dalam tiap proses pencarian ilmu.

“Ponpes Arridwan ini sanadnya jelas. Pengasuhnya mondok di Makkah. Karena itu, sanadnya sampai Nabi Muhammad Saw.” Ucap KH Abdul Matin.

Acara Dzikro Maulidurrosul di Ponpes Arridwan Almaliky ditutup dengan ramah tamah makan talam. Semua yang hadir maulud, terlihat bahagia. Seperti baru saja menuntaskan rindu pada Baginda Rosul Saw. Angin tetap sejuk dan langit begitu cerah hingga malam menjelang.

Leave a Comment

error: Content is protected !!
× Ada yang bisa dibantu?