Kelahiran Ponpes Markaz Ridwan Romly
Al Maliky dan SMP Plus Ar-Ridwan Bojonegoro
Akhir Desember 2015, KH Tsalis Duha Ridwan pulang ke rumah. Dan dua tahun sebelum itu, tepatnya pada 2013, di rumah sudah mulai persiapan pembangunan infrastruktur pondok pesantren. Keinginan dan cita-cita Abi Khusairi untuk memiliki pondok pesantren, akhirnya diijabahi Allah SWT. Meski, keinginan itu, terlaksana setelah beliau berusia senja. Namun, anak-anaknya melanjutkan estafet Abi Khusairi di dunia pendidikan agama. Abi Khusairi memiliki 7 orang anak. 6 putra dan 1 putri. Semua putra-putrinya, mengenyam pendidikan agama. Meski ada pula yang mengenyam sekolah hingga kuliah umum; tapi setidaknya, semua pernah dipondokkan. KH. Tsalis Duha Ridwan, putra ketiga dari Abi Khusairi, memang paling intens bergelut di pondok pesantren. KH. Tsalis pernah mondok di Lamongan, Malang, hingga Makkah. Beliau menghabiskan banyak umur di pondok pesantren.
Beliau mengenyam pendidikan di Makkah sejak 2004 hingga 2015. Sesaat sebelum menyelesaikan pendidikan di Makkah, tepatnya pada 2013, Abi Khusairi sudah ancang-ancang membuatkan pondok pesantren untuk sang putra. Baik menyiapkan ruangan di belakang rumah, maupun mencicil pembangunannya. Persiapan berupa mencicil bangunan ruang belajar, dilakukan secara perlahan. Santri belum ada, yang penting pondok pesantren sudah ada dulu. Sehingga, saat KH. Tsalis Duha pulang, sudah ada tempat untuk mengabdi. Pada akhir Desember 2015, KH Tsalis Duha Ridwan pulang ke rumah. Dan dua tahun sebelum itu, tepatnya pada 2013, di rumah sudah mulai persiapan membangun infrastruktur pondok pesantren. Saat KH. Tsalis Duha Ridwan sudah taneg di rumah, tepatnya pada 2016, infrastruktur pondok pesantren sudah ada. Namun, KH. Tsalis Duha belum memulai apa-apa. Oleh Abi Khusairi, beliau didukung dan dimotivasi untuk membuat pengajian. Lebih tepatnya, ngaji mingguan yang diikuti masyarakat setempat.
Niat Abi Khusairi belajar agama dan membikin pondok pesantren memang sangat keukeuh. Bahkan, tak sungkan beliau ikut ngaji pada putranya sendiri yang baru pulang dari Makkah (KH. Tsalis Duha Ridwan) Selain membikin pengajian mingguan, KH. Tsalis juga membuat pondok Ramadhan. Beliau mulai serius melakukan sosialisasi keberadaan pondok pesantren dan mempersiapkan keberadaan sekolah (SMP) pada 2016. Waktu itu, pondok pesantren beraktivitas lebih dulu daripada sekolah. Saat pertamakali buka, SMP Plus Ar- Ridwan hanya memiliki 10 santri. Itu pun hanya tersisa 5 santri saja. Di tiga tahun pertama pondok pesantren Ar-Ridwan berdiri, tepatnya pada 2019, jumlah santri mencapai 80 santri putra dan putri. Santri-santri tersebut tidak hanya berasal dari Bojonegoro. Melainkan juga kota-kota sekitar. Dan dari sinilah, perjuangan dan pergerakan Markaz Ridwan Romly Al Maliky dimulai.