Buka bersama (bukber), sesungguhnya wasilah pesan yang sangat mulia. Ada banyak perihal besar di balik kesederhanaannya. Salah satunya, rahasia di balik kata “berbuka”.
Para pengurus Markaz Ridwan Romly Al Maliki beserta Pembina, Pengasuh dan Dewan Asatid MTs/MA Sains Quran Ar-Ridwan menghelat kegiatan buka bersama (Bukber) pada Selasa, (4/5/2021).
Kegiatan berbuka yang dihadiri pembina Yayasan, yakni Umina Hajah Umi Sulayanah tersebut, amat terasa khidmat dan penuh kehangatan. Terlebih, berbuka bersama ibu adalah impian bagi mereka yang ditakdir sudah tidak memiliki ibunda.
Bukber kali ini juga diawali dengan pembacaan tahlil. Tentu ini menandakan bahwa momen buka bersama (yang identik dengan perasaan bahagia), tak membuat kita lupa pada guru-guru dan orang tua yang telah mendahului kita.
Momen buka bersama, sesungguhnya momen yang amat sakral. Hanya, saking seringnya dilaksanakan, sampai kesakralan itu menguap begitu saja.
Kali ini, admin ingin mengingatkan kembali tentang betapa sakralnya momen buka bersama.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan. Yakni, kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika bertemu Tuhan (Allah SWT).
Lihatlah, betapa buka puasa disebut-sebut Kanjeng Nabi Muhammad Saw sebagai “sesuatu” yang amat istimewa. Yang keistimewaannya, bahkan didekatkan dengan kegembiraan ketika kita bertemu Allah SWT.
Maka, berbuka bersama adalah kegembiraan ukhrowi. Sejenis gembira yang tak bisa diukur dengan indikator kegembiraan duniawi. Tak heran jika momen berbuka pasti selalu bahagia. Sebab, itu sudah jadi bagian dari ucapan Kanjeng Nabi Muhammad Saw.
Terlebih, buka puasa kali ini terasa istimewa karena dihadiri seluruh pengurus Markaz Ridwan Romly al Maliky, tak terkecuali Umina. Bagi Admin secara pribadi, tak ada kegembiraan bulan puasa yang mampu melebihi gembiranya bisa berbuka puasa bersama Ibunda.
Rahasia di balik kata “Buka Puasa”
Bagi mereka yang memahami ilmu etimologi dan terminologi bahasa, kata “buka puasa” adalah kata yang amat janggal sejak dalam pengunaannya. Bagaimana mungkin kata “buka”, justru dipakai untuk menutup puasa?
Kenapa tak menggunakan kata “menutup” puasa atau “menghentikan” puasa? Bukankah yang kita lakukan adalah menutup dan menghentikan waktu puasa? Ya, di sinilah keistimewaan dan keunikan dari kata buka puasa.
Menurut admin, kata “buka” tentu tidak hadir tanpa alasan. Bisa jadi, ia hadir sebagai makna kiasan. Ada ketertutupan yang diam-diam terbuka saat momen buka puasa. Seperti terbukanya pintu permaafan atau terbukanya pintu keikhlasan, misalnya.