Proses perkembangan santri dipengaruhi dua faktor: nature dan nurture. Dua hal ini harus jadi acuan para tenaga kependidikan dalam menghadapi karakter santri.
Memahami para santri mirip memahami cuaca. Sesekali mendung tanpa hujan. Berkali-kali hujan deras tanpa sedikitpun mendung yang terlintas. Ini alasan tenaga kependidikan kadang-kadang mirip pawang hujan. Harus bisa menghadapi berbagai macam fenomena alam.
Tugas tenaga kependidikan memang tidak mudah. Setidaknya tak semudah berpidato di depan tembok. Selain harus bisa mentransfer pemahaman, tugas tenaga kependidikan juga harus bisa membaca dan memahami bermacam karakteristik para peserta didik.
Belum lagi tugas-tugas tambahan berupa kelengkapan perangkat pembelajaran dan bermacam agenda pembinaan yang sesungguhnya itu sangat melelahkan. Hal itu tentu menguji tenaga, waktu, dan, sesekali keikhlasan. Tapi percayalah, itu semua bagian dari tantangan berkhidmah.
Terlebih lagi. Tak semua santri mudah diajak belajar. Ada yang susah konsentrasi. Ada yang suka ngoceh sendiri. Bahkan, ada yang dengan santuy menggelar majelis ghibah, saat kita sedang serius menerangkan materi.
Karena itu, ada kaidah penting yang harus dipahami para tenaga kependidikan. Bahwa Allah Swt melahirkan manusia ke dunia, beserta seperangkat kekurangan dan kelebihannya. Di sinilah, tugas tenaga kependidikan benar-benar diuji.
Sudah jadi keniscayaan bahwa tenaga kependidikan pasti bakal menghadapi bermacam karakter santri. Ada yang mudah diajak belajar. Ada juga yang sangat sulit, bahkan sekadar untuk diam dan mendengar.
Oleh sebab itu, selain lihai mengondisikan perangkat pembelajaran, seorang tenaga kependidikan juga harus bisa memahami metode pendekatan terhadap masing-masing karakteristik peserta didik.
Untuk diketahui, perkembangan manusia selalu dipengaruhi dua faktor: nature dan nurture. Dua hal ini jadi acuan utama tenaga kependidikan dalam membaca karakter santri. Tanpa memahami dua hal ini, kita akan sulit memetakan metode pendekatan.
Nature merujuk pada segala hal yang sifatnya diturunkan (hereditas), seperti karakteristik bawaan yang diturunkan dari leluhur biologisnya. Jika leluhurnya cerdas, tentu ada bawaan cerdas yang masih menempel. Sehingga mudah dikondisikan. Kalaupun sementara sulit dikendalikan, itu hanya soal waktu dan momentum.
Sementara Nurture mengacu pada hal-hal di luar individu, seperti pola asuh orang tua, lingkungan tempat tinggal, budaya, dan sebagainya. Ini juga berdampak pada pembawaan santri saat di pondok. Sebab, apa yang mereka alami di lingkungan rumah, terekam dan terbawa di lingkungan pondok dia kini berada.
Tenaga kependidikan wajib tahu latar belakang nature dan nurture dari masing-masing peserta didik. Ini bagian penting dari fungsi parenting. Dengan memahami latar belakang keluarga para santri, kita bisa memetakan metode pendekatan. Sebab, tak semua orang bisa didekati dengan cara yang sama.
Dengan memahami sisi nurture dan nature para santri, kita juga bisa tahu, metode seperti apa yang harus diterapkan dalam menghadapinya. Dengan cara persuasif, atau dengan cara agak-agak represif. Ini penting untuk diketahui, agar kita tidak salah sasaran dalam mengenakan metode pendekatan.
Sebab, sekali lagi, tak semua orang bisa didekati dengan cara yang sama. Dengan mengetahui latar belakang para santri, kita akan lebih bijak dalam mengambil keputusan. Tidak mudah marah-marah, dan lebih bersabar di tiap situasi kegiatan belajar mengajar.