Rindu bisa bergerak karena ada jarak. Tapi, jarak juga tak menjamin hadirnya sebuah kerinduan.
Sambangan jadi momen yang dinanti santri Ar-Ridwan Al Maliky. Agenda dilakukan tiap sebulan sekali itu, jadi kegiatan spesial yang tak tergantikan. Bagi para santri, sambangan adalah titik jumpa antara jarak dan kerinduan — hari yang sangat diharap-harap untuk datang.
Nuansa itu terlihat pada agenda Sambangan pada Ahad, 27 Agustus 2023. Raut wajah para santri terlihat sangat bahagia. Banjir tawa dan senyuman tampak di tiap sudut Markaz. Sebab, hari itu mereka bertemu dengan orang tua masing-masing.
Tiap sambangan Ponpes Ar-Ridwan Al Maliky, agenda inti yang dilakukan para santri beserta orang tua mereka adalah Sholawatan, Yasin-Tahlilan, pembacaan Rotibul Haddad, dan pengajian umum bersama Pengasuh. Selebihnya, momen melepas rindu dengan orang tua.
Rindu, menurut Imam Al-Ghazali, adalah konsekuensi rasa cinta. Sang Hujjatul Islam itu menyebut bahwa rindu memiliki ruang khusus dalam diri manusia. Siapa pun tak mampu menghindar, dan tak bisa memaksa mendatangkannya. Rindu tak pernah disiplin. Ia datang semaunya.
Rindu pada orang tua memiliki energi yang besar dalam diri manusia. Terlebih jika terpisah jarak. Sebab sehebat apapun manusia, ia tetap anak-anak di hadapan orang tuanya. Ini alasan kenapa rindu pada orang tua, menempati koridor frekuensi yang berbeda dengan rindu-rindu pada yang lainnya.
Jarak dan keterpisahan memang mampu memicu hadirnya rindu. Tapi, jarak dan keterpisahan juga tak memicu apa-apa, tanpa frekuensi dan dialektika energi yang menghubungkannya.