Peradaban bermula dari sebuah perpustakaan.
Jika membaca adalah jendela dunia, perpustakaan tentu sebuah rumah yang banyak jendelanya. Begitu paradigma sederhana para santri Ar-Ridwan Al Maliky, dalam kegiatan berpustaka (membaca buku di perpustakaan).
Perpustakaan Ar-Ridwan Al Maliky (Pustaka Army) adalah spot favorit bagi para santri. Tiap kali jam istirahat berbunyi, perpustakaan selalu jadi lokasi yang paling banyak di kunjungi, selain kantin tentu saja. Di perpustakaan, mereka bisa menengok banyak hal melalui jendela buku-buku bacaan.
Di Ponpes Ar-Ridwan Al Maliky, para santri diperkenalkan pada tradisi intelektual sejak dini, melalui proses membaca dan melakukan observasi. Perpustakaan jadi pusat studi yang selalu dihidupkan dengan berbagai kegiatan literasi.
Pustaka Army memiliki cukup banyak koleksi buku. Secara umum, ada hampir seribu buku dalam berbagai jenis genre. Mulai buku fiksi, non fiksi, pengetahuan umum, hingga tentu saja buku referensi pelajaran sekolah. Jumlah ini tentu masih sedikit. Tapi, dipastikan, akan selalu bertambah dari waktu ke waktu.
Kecintaan duduk-duduk dan membaca buku di perpustakaan, adalah pertanda baik bagi sebuah peradaban. Sebab, di tempat manapun di dunia ini, peradaban selalu bermula dari perpustakaan.
Maju mundurnya peradaban bisa dilihat dari kondisi perpustakaan. Ini alasan utama kenapa setiap lembaga pasti memiliki perpustakaan, meski kadang cuma jadi pemanis ruangan.
Era keemasan islam juga ditandai adanya perpustakaan. Baitul Hikmah, Perpustakaan Baghdad yang didirikan Harun al Rasyid (w. 809 M) pada era kekhalifahan Bani Abbasiyah, mampu mengantar Baghdad (dan dunia islam pada umumnya), mencapai puncak kejayaan islam.
Selain sebagai rumah pustaka, Baitul Hikmah juga jadi lembaga ilmu pengetahuan yang berhasil mencetak banyak intelektual Muslim yang bukan hanya ahli agama, tapi juga ahli Sains. Sebut saja Al-Kindi, Al-Farabi, Al-Khawarizmi, hingga tentu saja Al- Ghazali, lahir dari perpustakaan tersebut.
Ketika Dinasti Abbasiyah runtuh akibat serangan Bangsa Mongol pada 1258 M, menjadi sangkakala mundurnya era kejayaan di Baghdad. Sebab, Baitul Hikmah sebagai pusat ilmu pengetahuan di Baghdad, juga ikut dihancurkan.
Ini bukti penting bahwa maju-mundurnya sebuah peradaban ditentukan dari kondisi perpustakaan. Sebab, dari ruangan sepi dan penuh debu itu, akan lahir banyak intelektual dan cendekiawan yang memiliki cukup banyak jendela wawasan.
Perpustakaan sebagai ladang ilmu dan pengetahuan semoga adanya perpustakaan dapat menjadikan budaya membaca para santri . Mudah mudahan bermanfaat .
Perpustakaan sebagai ladang ilmu dan pengetahuan semoga adanya perpustakaan dapat menjadikan budaya membaca para santri . Mudah mudahan bermanfaat .